Tentang perasaan yang pernah kita ucap dengan tangan erat, atas nama Tuhan tetaplah kamu bahagia walaupun tanpa adanya aku.
Perkenalkan namaku Bahagia, tapi itu dulu setelah merasa cukup tercabik saat kamu mengatakan hal yang tak ingin aku dengar. Dimananya kita dulu, jujur, aku tak ingin mengingat. Sakit, rasanya aku tak ingin mengenal Cinta, rasanya aku ingin menyerah dari awal. Ini pelajaran bahwa manusia selalu mengecewakan, tapi tidak dengan Tuhan.
Aku mengenal betul kamu, tapi tidak dengan diriku sendiri. Aku mencoba melihat kaca, apa yang kurang dariku sampai kamu sulit menerima adanya aku, yang sering kamu acuhkan tapi tetap bertahan. Aku masih ingat, saat kamu marah-marah dimana aku tak perlu tau kenapa, tapi aku coba menenangkan dengan sabar, dadaku selalu siap menjadi tempat bersandar. Atau masih ingat dimana aku selalu menuruti kemauanmu tapi tak berlaku denganku? Lalu bagaimana dengan aku? Kamu hanya merasa sadar kamu melukai tapi tak ada kata maaf saat aku menanti. Sungguh, apa yang salah dari aku sampai sekarang masih aku cari. Iya, Cinta membuatku kehilangan arti sebuah 'percaya'.
Aku tak menangis, aku pria sejati. Iya, itu berlaku dulu sebelum mengenal kamu. Sudah seringkali mengalah. Sudah seringkali aku meng-iya-kan ucapanmu yang sebenarnya aku tak setuju tentang persepsi aneh itu. Aku tak suka kamu merasa jadi ratu. Bukankah ini tentang aku dan kamu, tidak kamu dan kamu, lalu aku?
Bukankah dari awal kita berjanji untuk saling mengerti dan tak saling menghakimi? Dimana kita dulu? Oh.. sial, aku teringat kembali!
Mungkin aku terlalu merasa memiliki, sampai aku merasakan sakit yang terlalu dini. Percayakah kamu akan airmata lelaki sepertiku? Yang tak mengharapkan apa-apa, cukup kamu bahagia, aku lebih bahagia luar biasa? Percayakah kalau Tuhan hanya bercanda pura-pura memisahkan kita untuk bisa lebih dewasa? Percayakah kamu akan egoisnya aku hanya karna tak ingin kamu pergi? Tolong baca ini dan katakan 'IYA'.
Sekarang, semua sudah berlalu. Akupun berusaha merasa baik-baik saja, ini untuk menyamarkan luka agar kamu tak banyak bertanya lalu tertawa. Tak perlu ada yang tahu airmataku ditutupi oleh bahagia semu. Tak perlu ada yang tahu aku merasakan sakit luar biasa sampai berharap aku buta akan cinta. Kali ini aku hanya akan mengandalkan hati, kemana aku akan pergi.Untukmu, berbahagialah. Ceritakan kepadaku suatu saat nanti jika ada yang lebih dari sekedar aku. Banggakan dia di depanku, tanpa peduli teriakan hatiku.